Tuesday, May 10, 2011

Desentralisasi Perayaan Buku (Salam Perpisahan World Book Day Indonesia 2011)

Ditulis oleh: Agus Irkham

Salah satu ukuran keberhasilan gerakan membaca adalah jika kegiatan literasi (membaca dan menulis) tidak hanya terpusat di ibukota. Tapi di daerah. Mulai dari provinsi hingga kabupaten. Bahkan kecamatan dan desa/kelurahan. 

Apa pasal bisa dijadikan ukuran keberhasilan?

Karena letak persoalan literasi di Indonesia bukan pada rendah tingginya, tapi pada pemerataannya. Di satu tempat, ada begitu banyak orang yang sudah sadar dan tergerak untuk membaca buku. Tapi di lain tempat, gairah orang untuk beraktivitas menulis dan membaca (buku) masih rendah. Tak jarang justru dianggap tidak penting dan hanya buang waktu saja.

Forum Indonesia Membaca, sejak mula digagas memang bertujuan memperbanyak akses informasi, memfasilitasi dan membuka ruang partisipasi seluas-luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya baca. Keseluruhan ikhtiar ditujukan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menguak kecintaan akan ilmu pengetahuan, seni dan nilai-nilai kemanusiaan. FIM mensosialisasikan aktivitas membaca dan menulis di tingkat lokal (local literacy). Serta mendukung tumbuhnya perpustakaan-perpustakaan komunitas (community libraries) di Indonesia.

Salah satu kegiatan besar yang rutin digelar FIM di tiap tahunnya adalah perayaan Hari Buku Sedunia (World Book Day). Sejak tahun 2006 hingga 2011 ini sudah 6 (enam) kali FIM menghelat acara tersebut. WBD Indonesia menjadi wadah perayaan antara beragam pihak yang terlibat dan berkepentingan (stakeholders) terhadap gerakan membaca di Indonesia. Mulai dari penerbit, penulis, pembaca, hingga komunitas buku (literasi).

Ada banyak kisah sukses dalam lima kali (tahun 2006 s.d. 2010) penyelenggarakan tersebut. Secara kasat mata, ukuran berhasilan itu bisa dilihat dari animo dan antusiasme masyarakat untuk mendatangi tempat perayaan WBD berlangsung. Termasuk liputan media, dan partisipasi komunitas literasi.  

Sejak awal, kami sadar bahwa WBD Indonesia bukan milik FIM. Ia menjadi milik siapa saja, yang merasa mencintai buku. FIM hanya mencoba memberikan inspirasi, model atau pola perayaan. Harapan kami, inspirasi, model, dan pola perayaan tersebut di masa-masa berikutnya bisa menjadi rujukan banyak komunitas, terutama di daerah untuk menggelar WBD. Jadi WBD kami tempatkan sebagai strategi untuk mendesentralisasikan perayaan kampanye literasi.

Meskipun, belum bisa dikatakan sebagai sukses besar, wujud desentralisasi perayaan literasi itu sudah nampak. Misalnya. yang paling dekat di tahun 2010. WBD Indonesia sudah dirayakan di beberapa daerah. Yaitu di Bandung, Surabaya, dan Bojonegoro.  Di Pekalongan, meskipun tidak menggunakan label perayaan WBD, Rumah Baca Jalapustaka memprakarsai kegiatan literasi berupa diskusi, bedah buku, pelatihan menulis, serta sepeda pustaka. Semua kegiatan dilakukan selama tiga hari. Dimulai persis pada tanggal dan bulan Hari Buku Sedunia (23 April). Selain itu program WBD Goes to School yang digulirkan sejak tahun 2009 telah mendapat renspon positif dari banyak sekolah yang tahun ini mulai menggelar WBD di sekolah masing-masing.

Perkembangan dunia literasi pada lima tahun terakhir ini cukup menggembirakan. Banyak komunitas buku lahir. Dengan berbagai macam nama yang menunjukkan identitas kelokalannya. Dunia penerbitan juga tidak mau ketinggalan. Dalam satu tahun menyelenggarakan pameran buku lebih dari dua kali. Dan yang patut dicatat pula, kini Taman Bacaan Masyarakat (TBM) tumbuh di mana-mana.  TBM hadir untuk mengatasi satu sebab kenapa minat baca masyarakat rendah, yaitu soal sulitnya mengakses buku.

Perkembangan dunia literasi juga mencakup kian beragamnya program kegiatan yang diadakan komunitas literasi. Keragaman itu bertemu pada satu titik: mengentalkan identitas kelokalan guna mengukuhkan ke-Indonesia-an. Pada titik ini, desentralisasi kampanye membaca tidak hanya terbatas pada bentuk dan kemasan (context) acara. Tapi juga pada isi (contents) acara.

Dalam bingkai keragaman itulah, maka mempertahankan WBD Indonesia yang harus dirayakan di ibu kota negara dengan mengangkat isu-isu yang bersifat terlalu umum menjadi kurang relevan. Dan rasa-rasanya agak sulit diwujudkan jika harus menampung semua komunitas literasi di Indonesia—mengingat jumlahnya yang kian waktu kian banyak.

WBD perpisahan
Atas dasar konstruksi berfikir di muka, maka FIM memutuskan diri: WBD Indonesia 2011 menjadi WBD terakhir yang kami gelar. Harapannya, mulai tahun 2012, WBD Indonesia tidak lagi diselenggarakan di Jakarta (sentralisasi), tapi menyebar ke pelosok nusantara (desentralisasi). Dan yang tampil sebagai inisiator dan pegiat utama bukan lagi FIM, tapi komunitas literasi khususnya, serta stakeholder dan shareholder literasi di tiap-tiap daerah pada umumnya. 

Kami kira penyelenggaraan WBD di daerah akan jauh lebih efektif dan efisien. Karena langsung berdekatan dengan kelompok sasaran gerakan literasi. Dan dari perayaan ini pula, peta sebaran gerakan literasi di Indonesia akan semakin nampak. Penampakan peta sebaran ini penting. Karena bisa menjadi dasar bagi para stakeholder budaya baca di masing-masing daerah untuk merumuskan konsepsi dan program aksi literasi berikutnya. Dengan begitu gerakan literasi di Indonesia akan kian tumbuh dan mekar.♦

No comments:

SEKILAS TENTANG PENYELENGGARAAN WORLD BOOK DAY INDONESIA

Festival World Book Day yang dirancang oleh UNESCO sebagai sebuah perayaan buku dan literasi yang mendunia telah dimulai pelaksanaannya di Indonesia sejak tahun 2006 oleh Forum Indonesia Membaca. Perayaan ini merupakan bentuk penghargaan dan kemitraan antara pengarang, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, komunitas–komunitas literasi dan taman bacaaan masyarakat yang semuanya bekerja sama mempromosikan buku dan literasi sebagai bentuk pengayaan diri dan meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan. Secara umum, tujuan diselenggarakannya World Book Day Indonesia sebagai sebuah world event adalah untuk menyemangati masyarakat, terutama kalangan anak–anak untuk mengeksplorasi manfaat dan kesenangan yang bisa didapat dari buku dan membaca.

Forum Indonesia Membaca (FIM), sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi di aktivitas literasi, berupaya membuka ruang partisipasi seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya baca. Kesuksesan mengadakan World Book Day Indonesia sejak tahun 2006 dan banyaknya animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat (TBM), berbagai komunitas hobi, penerbit buku dan masyarakat umum maka di FIM bergandengan tangan dengan lebih banyak komunitas dan mitra di banyak kota di Indonesia, berupaya agar World Book Day Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk merayakan buku dan literasi serta membuka partisipasi masyarakat sebesar–besarnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.

Meningkatnya animo masyarakat terhadap kegiatan World Book Day Indonesia mendorong tumbuh kembangnya ide dan gagasan baru dalam setiap pelaksanaan kegiatan festival. Bila Penyelenggaraan festival tahun 2006 difokuskan pada 3 (tiga) zona kegiatan yaitu Panggung utama, zona Anak dan Remaja serta zona Dewasa dengan berbagai macam workshop, talkshow mau pameran komunitas dan TBM sedangkan pada tahun 2007 – 2008 selain acara temu komunitas maka dimulai tradisi wisata/tur literasi ke perpustakaan dan museum. Sebagai bentuk apresiasi terhadap sekolah – sekolah yang terlibat dalam festival di tahun – tahun sebelumnya maka sejak tahun 2009 dimulai program WBD Goes to School yang mendekatkan gairah membaca dan menulis sedari dini kepada para pelajar serta diikuti oleh puluhan sekolah tidak hanya di wilayah Jabodetabek namun hingga ke Jawa Barat. Setelah 4 tahun penyelenggaraan festival maka sebagai bentuk partisipasi masyarakat memotret gairah membaca di lingkungan sekitarnya maka di tahun 2010 digelar program pengumpulan foto Kepergok Membaca dimana 100 karya terpilih akan dipamerkan tidak hanya di WBD namun juga di sepanjang tahun dimana FIM mengikuti atau menyelenggarakan kegiatan – kegiatannya. Selain pameran foto digelar pula Gerakan Hibah Buku Nasional yang membantu lebih dari 10 komunitas dan TBM untuk meningkatkan akses mereka terhadap bahan bacaan berkualitas. Gairah penyelenggaraan WBD 2010 tak hanya dirasakan oleh komunitas – komunitas di wilayah Jabodetabek semata namun juga merambah ke sejumlah kota di Indonesia yang turut menggelar perayaan ini antara lain Bandung, Bojonegoro dan Surabaya. Selain tema tahunan festival yang terkait satu dengan lainnya maka program festival tahun 2011 merupakan pengembangan dari kegiatan tahun sebelumnya dan akan didukung lebih banyak komunitas yang bahkan telah memastikan keikutsertaannya jauh sebelum kerangka besar program dikemas.