Thursday, March 27, 2008

DISKUSI MEDIA LITERACY dan PUTAR FILM AFGHAN CHRONICLES

Dalam rangka perayaan World Book Day 2008, Forum Indonesia Membaca bersama Perpustakaan Pendidikan Nasional mengundang Anda pada DISKUSI MEDIA LITERACY dan PUTAR FILM AFGHAN CHRONICLES pada:

Sabtu, 29 Maret 2008,10.30 - selesai
Gratis


Bersama:
1. Dominic Morissette (Sutradara Afghan Chronicles)
2. Merdi Sofyansyah (Produser Liputan 6 SCTV)


Ruang tengah Perpustakaan Pendidikan Nasional
Gedung A Lt. 1 Departemen Pendidikan Nasional
(Samping Ratu Plaza)

www.worldbookdayindonesia.blogspot.com
-------------------------------------------

Afghan Chronicles (2007)
(Sutradara Dominic Morissette, 52:33, dokumenter, Bahasa Inggris dan Farsi, National Film Board of Canada/InformAction Films Inc)

Sejak kejatuhan Taliban, Afghanistan terus kembali membangun dirinya dan menghidupkan demokrasinya. Dengan satu stasiun radio dan dua majalah dimana salah satuny ditujukan kepada kaum perempuan, Killid Media merupakan sebuah fenomena di bidang media. Didedikasikan untuk melawan kebodohan dan buta aksara, kelompok mediabaru ini berusaha menyebarkan pesan yang bebas dari kekangan tradisi sekaligus meletakkan dasar-dasar modernitas. Dengan mengikuti proses distribusi majalah ini di pelosok Kabul, Afghan Chronicles menggambarkan sebuah perjuangan di masyarakat yang tengah mengalami perubahan dan meyuguhkan potret sebuah negeri yang sedang membangun dirinya, memimpikan masa depan yang lebih baik.

Since the fall of the Taliban, Afghanistan has been rebuilding itself and reviving democracy. With its radio station and two magazines, one of them aimed at women, the press agency Killid Media is a real media phenomenon. This new media, dedicated to fighting ignorance and illiteracy, is promoting a message free from constraints of tradition and setting the foundations of modernity. As it follows the distribution of these popular magazines across Kabul, Afghan Chronicles explores the struggles within this changing society and paints a touching picture of a land that is a work in progress, dreaming of a better future.

SEKILAS TENTANG PENYELENGGARAAN WORLD BOOK DAY INDONESIA

Festival World Book Day yang dirancang oleh UNESCO sebagai sebuah perayaan buku dan literasi yang mendunia telah dimulai pelaksanaannya di Indonesia sejak tahun 2006 oleh Forum Indonesia Membaca. Perayaan ini merupakan bentuk penghargaan dan kemitraan antara pengarang, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, komunitas–komunitas literasi dan taman bacaaan masyarakat yang semuanya bekerja sama mempromosikan buku dan literasi sebagai bentuk pengayaan diri dan meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan. Secara umum, tujuan diselenggarakannya World Book Day Indonesia sebagai sebuah world event adalah untuk menyemangati masyarakat, terutama kalangan anak–anak untuk mengeksplorasi manfaat dan kesenangan yang bisa didapat dari buku dan membaca.

Forum Indonesia Membaca (FIM), sebuah organisasi kemasyarakatan yang berkonsentrasi di aktivitas literasi, berupaya membuka ruang partisipasi seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya baca. Kesuksesan mengadakan World Book Day Indonesia sejak tahun 2006 dan banyaknya animo dari komunitas literasi, taman bacaan masyarakat (TBM), berbagai komunitas hobi, penerbit buku dan masyarakat umum maka di FIM bergandengan tangan dengan lebih banyak komunitas dan mitra di banyak kota di Indonesia, berupaya agar World Book Day Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang bertujuan untuk merayakan buku dan literasi serta membuka partisipasi masyarakat sebesar–besarnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri.

Meningkatnya animo masyarakat terhadap kegiatan World Book Day Indonesia mendorong tumbuh kembangnya ide dan gagasan baru dalam setiap pelaksanaan kegiatan festival. Bila Penyelenggaraan festival tahun 2006 difokuskan pada 3 (tiga) zona kegiatan yaitu Panggung utama, zona Anak dan Remaja serta zona Dewasa dengan berbagai macam workshop, talkshow mau pameran komunitas dan TBM sedangkan pada tahun 2007 – 2008 selain acara temu komunitas maka dimulai tradisi wisata/tur literasi ke perpustakaan dan museum. Sebagai bentuk apresiasi terhadap sekolah – sekolah yang terlibat dalam festival di tahun – tahun sebelumnya maka sejak tahun 2009 dimulai program WBD Goes to School yang mendekatkan gairah membaca dan menulis sedari dini kepada para pelajar serta diikuti oleh puluhan sekolah tidak hanya di wilayah Jabodetabek namun hingga ke Jawa Barat. Setelah 4 tahun penyelenggaraan festival maka sebagai bentuk partisipasi masyarakat memotret gairah membaca di lingkungan sekitarnya maka di tahun 2010 digelar program pengumpulan foto Kepergok Membaca dimana 100 karya terpilih akan dipamerkan tidak hanya di WBD namun juga di sepanjang tahun dimana FIM mengikuti atau menyelenggarakan kegiatan – kegiatannya. Selain pameran foto digelar pula Gerakan Hibah Buku Nasional yang membantu lebih dari 10 komunitas dan TBM untuk meningkatkan akses mereka terhadap bahan bacaan berkualitas. Gairah penyelenggaraan WBD 2010 tak hanya dirasakan oleh komunitas – komunitas di wilayah Jabodetabek semata namun juga merambah ke sejumlah kota di Indonesia yang turut menggelar perayaan ini antara lain Bandung, Bojonegoro dan Surabaya. Selain tema tahunan festival yang terkait satu dengan lainnya maka program festival tahun 2011 merupakan pengembangan dari kegiatan tahun sebelumnya dan akan didukung lebih banyak komunitas yang bahkan telah memastikan keikutsertaannya jauh sebelum kerangka besar program dikemas.